Buitenzorg Rhapsody



Sebuah karya dariku untuk orang – orang yang membaca buku ini pada tahunnya nanti sudah tahun 2675 Setelah Masehi dan aku adalah manusia purba pada saatnya nanti kalian ada, yaitu yang aku sebut kalian adalah orang – orang yang membaca buku ini pada tahunnya nanti sudah tahun 2675 Setelah Masehi” .
(Buitenzorg Rhapsody 0 : 1)



Buitenzorg adalah nama untuk kota Bogor pada masa kolonial Belanda, yang berarti daerah yang berbukit dan aman tenteram,  sedangkan Rhapsody merupakan sanjungan berlebih terhadap suatu hal dalam komposisi instrumental  yang tertuang bisa dalam lagu, puisi epik, bahkan cerita pendek.

Buitenzorg Rhapsody merupakan kidung tentang kota Bogor yang dituangkan dalam kumpulan cerita pendek bergaya kitab yang ditulis oleh Dzkri Robbi semasa kuliah di IPB.
Terdapat 21 cerita pendek yang saling berkaitan dalam buku ini. Diawali dari cerita mengenai saluran pembuangan (Comberan) mengenai siklus air yang membentuk hujan, dan juga yang membentuk rasa malas ketika hujan turun, lalu obrolan dengan teman-teman semasa kuliah, sehingga membentuk sebuah nilai-nilai filosofis sampai pada akhir cerita yang diakhiri dengan cerita Penutup.

Sejenak kita akan tidak menyangka bahwa ini adalah buku cerita bergenre komedi. Berbeda dari penulis cerita komedi lainnya, Dzikri Robbi  menuliskan semua ceritanya dengan beberapa quote untuk menyampaikan pesan kepada pembacanya. Pesan yang menarik dan menggelitik pada buku ini terutama untuk manusia yang hidup pada tahun 2775 M.  Seolah kita dibawa untuk merenungi, mengkritisi dan mensyukuri apa yang terjadi pada tahun 2012  dan pada tahun-tahun sebelumnya.

Selaku penulis, Dzikri Robbi berhasil membuat kita tertawa dengan cara religius. Tiap-tiap cerita dalam buku ini memberikan pemahaman esensi hidup. Sangat berbeda dengan cerita komedi remaja lainnya yang hanya menonjolkan unsur guyonan yang picisan.

Tentunya buku ini sangat cocok untuk dibaca semua kalangan, terutama remaja  dalam masa peralihan. Karena amanat yang terdapat dalam buku ini sangat menyentuh, memberikan suatu pandangan yang baru akan hidup dalam konteks religiusitas yang tidak  menggurui. Dzikri Robbi memberikan angin segar dalam gaya penulisannya.  Pada cerita Raja, terdapat keinginan dan harapan dari sang penulis agar bukunya menjadi best seller, ketika ia memanjatkan doa kepada sang Khalik, namun ketika  doa tersebut dibalas dengan Raja, ternyata justru membuat kita terenyuh bahwa bukan best seller lah yang menjadikan tolak ukur suatu buku sukses atau tidak, melainkan manfaat yang didapat setelah menulis buku tersebut.



No comments:

Post a Comment