Beberapa hari yang lalu, saya membaca sebuah quote entah dari siapa yang diretweet oleh kawan saya. Kurang lebih isinya begini; “Pasti ada alasan kenapa Tuhan menaruh Otak di posisi paling atas daripada Hati dalam diri manusia”. Setelah membaca quote tersebut, saya jadi berfikir, mungkin salah satu alasanya agar manusia ketika melakukan suatu tindakan yang lebih diutamakan adalah penggunaan akal, bukan hanya perasaan. Hal tersebut dimaksudkan agar ketika kita menghadapi suatu masalah, kita tidak berlarut-larut dalam suatu suasana yang istilah kontemporernya ‘galau’.
Dari uraian di atas, saya berusaha menghubungkannya dengan permasalahan asmara yang biasa dihadapi oleh teman sebaya saya—termasuk saya sendiri.
Dalam hal asmara, tak jarang orang lebih menggunakan Hati ketimbang Otak, beberapa responden menilai dalam asmara umumnya perempuan yang lebih mendominasi Hati ketimbang Otak. Tapi banyak juga kaum pria yang mengeksploitasi Hati nya, dan mengabaikan Otak. Biasanya, para pria melankolis yang lebih menggunakan Hati ini terlalu berlebihan menanggapi lawan jenisnya, ingin terlihat seorang pecinta yang hebat, meski sang lawan jenis mengabaikannya. Ia tidak ingin dibilang bodoh, pembelaan dari kaum pria melankolis selalu mengatasnamakan Cinta. Padahal, antara Cinta dan Bodoh itu tipis bedanya.
Dalam hal asmara, tak jarang orang lebih menggunakan Hati ketimbang Otak, beberapa responden menilai dalam asmara umumnya perempuan yang lebih mendominasi Hati ketimbang Otak. Tapi banyak juga kaum pria yang mengeksploitasi Hati nya, dan mengabaikan Otak. Biasanya, para pria melankolis yang lebih menggunakan Hati ini terlalu berlebihan menanggapi lawan jenisnya, ingin terlihat seorang pecinta yang hebat, meski sang lawan jenis mengabaikannya. Ia tidak ingin dibilang bodoh, pembelaan dari kaum pria melankolis selalu mengatasnamakan Cinta. Padahal, antara Cinta dan Bodoh itu tipis bedanya.
Apakah hasil rontgen kaum pria melankolis itu seperti ini:
Saya tidak bermaksud menyindir kaum pria melankolis, hanya saja sebagai pria, saya tidak ingin melihat rekan sejenis merasa dijajah kaum perempuan.
Saya juga pernah mengalami hal yang dialami kaum pria melankolis, tapi tidak terlarut dalam kegalauan, karena saya berfikir bahwa Cinta itu jalinan dua pihak yang saling membutuhkan, bukan sekadar menginginkan.
Kesimpulan dari tulisan rusak di atas adalah Cinta itu tercipta karena akal, ketika rasa kebutuhan terhadap pasangan, karena itu mereka mencinta.
Lalu bagaimana jika kamu butuh dia, tapi ia tidak butuh kamu?
Kalau cinta tercipta dari rasa kebutuhan terhadap lawan jenis, bagaimana jika kebutuhan itu sudah terpenuhi?
ReplyDeleteJadi cinta karena butuh atau butuh karena cinta?
hahaha,,kalo kata Eric Fromm sih gini; Immature love says: 'I love you because I need you.' Mature love says 'I need you because I love you.'
Delete