Warung Bakso

Suatu sore di sebuah warung bakso, Aji dan Narti duduk saling berhadapan. Di atas meja di hadapan mereka terdapat botol saos, tempat tisu, dan sebuah toples kecil yang isinya sambel cabai.
Aji menatap Narti dengan penuh nanar, Narti tertunduk diam seperti tidak ingin melihat wajah Aji.
Dengan nada yang cukup berat dan pelan, Aji memulai pembicaraan.
Aji : Maafin aku.
Narti tidak merespon, masih tetap tertunduk.
Aji : Aku tahu, aku salah, semua ini terjadi begitu saja, aku minta maaf semaaf-maafnya.
Narti melihat ke wajah Aji, namun ia lekas menundukan kepalanya kembali.
Aji : Sekarang aku pasrah, aku bebasin kamu kalo mau marah ya silahkan, kamu mau ninggalin aku silahkan juga.
Narti merespon dengan senyum tipis, sembari mengambil tisu yang ada di hadapannya, dan menggulung-gulungkannya.
Aji : Saat melakukan itu, aku inget kamu, tetapi godaan lebih besar untuk aku tidak mengingat kamu.
Narti pun sekejap terdiam, tangannya yang sedang menggulung tisu pun berhenti, dan menatap tajam ke arah Aji.
Aji : Aku saat itu memang sangat membutuhkan seseorang, dan kamu jauh, jadi aku minta tolong orang lain, dan semua itu terjadi begitu saja tidak ada cinta diantara kita, hanya karena aku lelaki dan dia wanita…
Tukang bakso memotong pembicaraan Aji
Tukang Bakso : Tadi bakso urat dua porsi ya, teh manis dua ya, ini, silahkan. (Tersenyum)
Aji : Makasih ya, bang.
Tukang bakso pun pergi kembali ke dapur, Aji menghentikan sejenak pembicaraan untuk menyantap bakso. Narti sudah memalingkan pandangannya, kini ia tertunduk kembali sembari menyantap bakso.
Mereka menyantap bakso dengan pandangan kosong. Tidak sampai habis, Aji melanjutkan pembicaraannya.
Aji : Aku tidak tahu, kata apa selain ‘maaf’ yang harus aku ucapkan saat ini.
Narti sehabis menyuap bakso yang tidak sampai habis, meminggirkan mangkok baksonya, ia minum, dan mengambil tisu untuk mengelap mulutunya, dan tertunduk kembali.
Aji : Sekarang, aku ingin kamu ungkapin semua perasaan kesal kamu ke aku.
Kembali Narti menatap Aji dengan pandangan tajam dan sayu.
Aji : Apa masih ada maaf yang tersisa untuk aku? (tanya Aji)
Narti memandang Aji dengan tatapan kosong. Bibirnya bergerak seakan ingin berbicara namun tak kuasa. Dengan pasti, ia berkata.
Narti : Kamu tidak perlu meminta maaf, kamu tidak perlu merasa bersalah, karena akupun begitu. 

- Onegin -

No comments:

Post a Comment