Mimpi



"Eugene : Alasan aku datang ke kota ini hanya untuk menjemputmu pulang, dan mengajakmu untuk hidup denganku."
"Autumm : Pulang? Aku rasa kota ini sudah sangat bersahabat denganku, kamu lihat di belakang, apartemen itu sekarang yang menjadi rumahku.
Eugene mengeluarkan cincin dari saku jaketnya.
"Eugene : Ini memang bukan berlian, ini hanya cincin biasa. Aku ingin kamu menikah denganku.
Autumm terdiam, dan menghela nafas, lalu ia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Ia terisak. Eugene memandanginya dengan penuh rasa penasaran.
"Eugene : Kamu kenapa menangis? Apakah ini sesuatu yang mengejutkanmu?"
Autumm masih menutupi wajah dengan kedua tangannya sambil menangis. Perlahan ia mengangkat kedua tangan dari wajahnya, menyeka air mata, dan berusaha memandang Eugene sambil tersenyum.
"Autumm : Alasan aku pergi ke kota ini karena aku takut denganmu, kamu bukan seorang yang realis, kamu seorang pemimpi, dan kupikir ini bukanlah waktu yang tepat untuk bermain-main dengan mimpi. Sudah cukup rasanya tiga tahun kemarin kita membuat mimpi bersama, hingga pada akhirnya aku harus mengakui bahwa semua adalah mimpimu, bukan mimpiku. Hingga aku memutuskan untuk pergi, keluar dari semua mimpi yang kamu ciptakan". 
"Eugene : Tapi, kamu juga yang menciptakan mimpi-mimpi kita, dan berjanji untuk menggapainya bersama". 
"Autumm : Biarkan aku pergi dengan mimpi yang kubuat sendiri, jangan pikirkan aku, setidaknya, kita punya tiga tahun masa-masa indah saat kita masih bersama".
"Eugene : Lalu, bagaimana tentang mimpi kita untuk menikah?" 
"Autumm : Menikah bukanlah mimipi, itu suatu keharusan, dan aku sudah melakukannya. Tapi maaf, tidak denganmu".

~Onegin

1 comment: